Senin, 26 Januari 2015
15 Langkah Efektif Untuk Menghafal Al Qur'an
Sesuatu
yang paling berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah
Firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum,
dan bacaan yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh
Karenanya, seorang penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an
sebagai prioritas utamanya. Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama ( yang
harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al
Quran, karena dia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf
tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah
hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali
menyibukan diri dengan hadits dan fikih atau materi lainnya, karena akan
menyebabkan hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran.
“()
( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66
Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :
Langkah
Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am
hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat
ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa
malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan
terus dan tidak berhenti. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar
materi ujian atau hanya ingin ikut perlombaan, atau karena yang lain.
Langkah
Kedua : Hendaknya setelah itu, ia melakukan Sholat Hajat dengan memohon
kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu sholat
hajat ini tidak ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada
masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra,
yang berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى
“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan sholat. “()
Adapun
riwayat yang menyebutkan doa tertentu dalam sholat hajat adalah riwayat
lemah, bahkan riwayat yang mungkar dan tidak bisa dijadikan sandaran.
()
Begitu
juga hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra yang menjelaskan bahwa
Rosulullah saw mengajarkan Ali bin Abu Thalib sholat khusus untuk
meghafal Al Qur’an yang terdiri dari empat rekaat , rekaat pertama
membaca Al Fatihah dan surat Yasin, rekaat kedua membaca surat Al
Fatihah dan Ad Dukhan, rekaat ketiga membaca surat Al Fatihah dan
Sajdah, dan rekaat keempat membaca surat Al Fatihah dan Al Mulk, itu
adalah hadist maudhu’ dan tidak boleh diamalkan. Sebagian ulama lain
mengatakan bahwa hadist tersebut adalah hadits dhoif . ()
Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an. ()
Do’a
ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim bisa
berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda
bisa berdo’a seperti ini :
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .
“
Ya Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an,
dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai
dengan ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.
Langkah
Keempat : Menentukan salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an.
Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al
Qur’an, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan
dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang
sering dipakai oleh sebagian kalangan, dan terbukti sangat efektif :
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Perlu
diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya
ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita bisa menyambungkan
hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
Metode
Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita
hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal
ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan
cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi
sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah
kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita
mengulanginya sebagaimana yang telah diterangkan pada metode pertama .
()
Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh hizb ( bagian ) :
- Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’
- Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah
- Surat Yunus sampai Surat An Nahl
- Surat Al Isra’ sampai Al Furqan
- Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin
- Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat
- Surat Qaf sampai Surat An Nas
Boleh
juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat An
Nas, kemudian masuk pada bagian ke-enam dan seterusnya.
Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.
Sebelum
mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar
sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal,
diantaranya :
a/
Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ),
atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini
:
ثم —— > سم / الذين —- > الزين
b/ Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di bawah ini :
1/ وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة : 124 ) —- > )إبراهيمُ ﴾
2/
وَكُنْت ُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا
تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ( المائدة : 116 )
وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ
3/
أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا
يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَى ( ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدِي
4/ رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ( فصلت :29 ) —– > الَّذِين
5/
فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا
وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين فيها
Langkah
Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada,
kita setorkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika
bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering terjadi
kesalahan dalam bacaan kita, karena kita tidak pernah menyetorkan
hafalan kita kepada orang lain, sehingga kesalahan itu terus terbawa
dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan bacaan tersebut
bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai orang
lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.
Langkah
Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah
memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari
syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalu bisa, tidak hanya sekedar
mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar
dengan serius dan secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini -
alhamdulillah - banyak telivisi-telelivisi parabola yang menyiarkan
secara langsung pelajaran Al Qur’an murattal dari seorang syekh yang
mapan, diantaranya adalah acara di televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat
siaran langsung pelajaran Al Qur’an yang dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi
seorang qari’ yang mapan dan masyhur, kitapun bisa menyetor bacaan kita
kepada syekh ini lewat telpun. Rekaman dari acara tersebut disiarkan
ulang setiap pagi. Selain itu, terdapat juga di channel ” Al Majd “, dan
channel- channel televisi lainnya. Acara-acara tersebut banyak membantu
kita di dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.
Langkah
Kedelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman
yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa
hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo
yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut.
Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang
hafalannya sangat terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika,
ia menghafal sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai
tujuh puluh kali. Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena
seringnya dia mengulang-ulang hafalannya, sampai nenek tersebut bosan
mendengarnya, kemudian nenek tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan
bertanya kepadanya : Wahai anak, apa sih yang sedang engkau kerjakan ? “
Saya sedang menghafal sebuah buku “ , jawabnya. Berkata nenek tersebut :
“ Nggak usah seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya
dengan mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya ingin mendengar
hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai mengeluarkan
hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi Hatim
datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut
menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata
nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan
sebaliknya Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. ()
Cerita ini menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting.
Barangkali kalau sekedar menghafal banyak orang yang bisa melakukannya
dengan cepat, sebagaimana nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar
seseorang bisa menghafal Al Qur’an dalam hitungan minggu atau hitungan
bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan tetapi yang sulit adalah
menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.
Langkah
Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan
seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan
hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya dengan
mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam
buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada
beberapa teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al
Qur’an yang diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan
menuliskan hafalannya di atas papan kecil yang dipegang oleh
masing-masing murid, setelah mereka bisa menghafalnya di luar kepala,
baru tulisan tersebut dicuci dengan air.
Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.
Menghafal
Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an
adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan
benar. Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan
mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.
Langkah
Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan
sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya. () Karena
mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat
satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan
kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam
tulisannya :
العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “()
Yang
dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana
ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah
atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri
dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan
ayat baru. Mushaf Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai
oleh para pengahafal Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah
Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang
merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini
paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.
Disana
ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebagain
orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan
dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok
pesantren tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus ,
Demak.
Langkah
Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini
tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadist
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rosulullah
saw bersabda :
إن الدين يسر ، ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و أبشروا ، واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من الدلجة
“
Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam
agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini
dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan
waktu pagi, siang dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )
Dalam
hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan malam, artinya kita
bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai
contoh : di pagi hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari,
bisa kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi
hafalan tersebut, waktu siang siang, habis sholat dluhur, waktu sore
habis sholat Ashar, waktu malam habis sholat Isya’ atau ketika melakukan
sholat tahajud dan seterusnya.
Langkah
Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan
pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan sholat
–sholat sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal ini dikarenakan
waktu sholat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan
konsentrasi inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda
ketika di luar sholat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu
posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya menengok kanan atau
kiri, atau kepalanya akan menengok ketika ada sesuatu yang menarik, atau
bahkan kawannya akan menghampirinya dan mengajaknya ngobrol . Berbeda
kalau seseorang sedang sholat, kawannya yang punya kepentingan
kepadanya-pun terpaksa harus menunggu selesainya sholat dan tidak berani
mendekatinya, dan begitu seterusnya.
Langkah
Ketigabelas : Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah
memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ) . Biasanya seseorang
yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ),
hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada
di juz lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya
ada di surat Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan
begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa (
mutasyabihah ) yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika
menghafalnya :
-
﴿ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ﴾ البقرة 173 < ———— > ﴿
وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل
115
- ( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير الحق ) البقرة : 61
( إن الذين يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير حق ) آل عمران : 21
( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بغير حق ) آل عمرن : 112
Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap bisa dirujuk buku – buku berikut :
- Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.
- Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.
- Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady
- ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al Qalamuni
Langkah
Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu
saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an di salah
satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang
lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu
pekerjaan, dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya
kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di
pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama
dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan
hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat banyak terjadi dan hal itu
sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia mendapatkan ijazah sebagai
seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ” hafidhah “, akan tetapi jika
ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawabannya adalah nihil.
Yang
paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang
bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi
yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar
tetap terus ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang
yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya
saja. Karena, untuk menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang
kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap
hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al
Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya. Diantara
cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai berikut :
- Mengulangi hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.
- Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.
- Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu menghatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya bisa terlaksana jika masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.
( Bersambung pada masalah lain dalam seri ” Sukses Belajar ” volume : 3 )
( ) Hadist riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), dishohihkan oleh Syekh Al Bani dalam Shohih Sunan Abu Daud , juz I, hal. 361
(
) Untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang derajat hadits tersebut
bisa dirujuk : Abu Umar Abdullah bin Muhammad Al Hamadi, Al Asinatu Al
Musyri’atu fi At Tahdhir min As Solawat Al Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah
At Tabi’in, 2002 ) Cet Pertama, hal. 97 -120
( ) Ibid, hal.21-39
(
) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al Qur’an, (
Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ke-Tiga, Hal. 13
( ) Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal. 6
( ) Ibid. hal 12
( ) Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16
( ) Abu Abdur Rahman Al Baz TaufLangganan:Posting Komentar(Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar